Hi, ONers!
Kali ini, kami mau sedikit menceritakan tentang pengalaman menonton konser di Taiwan, yah. Siapa tahu bisa membantu memberi kamu gambaran bila ingin menonton konser di negara itu juga, meskipun sebenarnya konser yang kami tonton sudah lewat beberapa bulan lalu. Tulisan ini bukan ulasan tentang konsernya yah, melainkan tuturan umum tentang bagaimana menonton konser ke sana.
Konser yang kami tonton adalah konser GLAY SPRINGDELICS 2018 yang dilangsungkan di ibukota Taiwan, Taipei, tanggal 17 Maret 2018. Beli tiketnya sih, sudah dari tahun lalu, dan perebutan tiketnya saat penjualannya dibuka cukup membuat heboh teman-teman yang memegang peran “berburu tiket”. Berat jerih-payah dan kebaikan mereka, saya pun mendapatkan satu tiket.
Tiket dibeli dari Tixcraft.com, yang sayangnya tidak menyediakan versi bahasa Inggris. Lalu, kok teman-teman bisa menggunakan situsnya, sampai bisa dapat tiket untuk kami semua? Mereka terlebih dahulu berlatih sebelum penjualan tiket GLAY dibuka, dengan berpura-pura hendak membeli tiket artis lain dan menggunakan Google Translate untuk menerjemahkan. Syukurlah, taktik ini berhasil! Kami semua pun mendapatkan tiket, meskipun bukan tiket arena (alias “festival” dalam istilah Indonesia) seperti yang diinginkan semula. Tidak apa-apalah, yang penting masih dapat tempat duduk dengan posisi cukup bagus!
Tentu saja, karena kami membeli lewat Internet, kami belum memperoleh tiket dalam bentuk fisik. Nantinya, saat sudah tiba di Taiwan, kami hanya perlu menukarnya dengan tiket asli di Seven Eleven. Membuatmu berpikir, “Wah, jadi seperti di Jepang, ya?” Memang betul! Inilah salah satu kepraktisan menonton konser di Taiwan. Tapi, hati-hati! Tidak semua konser atau semua jenis tiket dalam satu konser bisa dicetak di Seven Eleven. Kamu harus cek lagi petunjuk dari situs penjual tiket mengenai cara pengambilan tiket yang kamu beli. Karena ada saja yang mengharuskan kamu mengambil tiket di tempat pertunjukan, atau tiket akan dikirim ke rumah/alamat di Taiwan.
Persoalan berikutnya setelah memastikan kami memperoleh tiket, tentu saja mencari tiket pesawat dan penginapan yang terjangkau kantong. Kami ingin tidak hanya datang dan menonton konser lalu pulang lagi, melainkan juga ingin melihat-lihat Taiwan, atau setidak-tidaknya Taipei. Namun kami harus menjaga benar agar anggaran tidak melambung.
Agak lama juga sebelum kami akhirnya mendapatkan penerbangan yang cocok dengan waktu dan harga yang kami incar. Kami berangkat dari kota yang berbeda-beda, dan juga pada hari yang berbeda-beda karena perbedaan kebisaan kami dalam mengambil cuti. Saya pribadi, bersama salah seorang teman lain, menggunakan penerbangan AirAsia. Kami memperoleh tiket pulang-pergi sebesar Rp3.028.000 per orangnya, sudah dengan tambahan bagasi saat pulang. Harga yang sangat bagus mengingat kami baru membeli tiket di bulan Januari. Memang sih, dengan AirAsia, kami harus transit di Kuala Lumpur. Tapi tak mengapa, kami anggap saja sekalian “jalan-jalan” di KLIA2.
Soal penginapan, kami mencari-cari dua penginapan menggunakan Booking.com. Kenapa dua? Soalnya, Bandara Taoyuan itu cukup jauh letaknya dari pusat kota, sementara pesawat kami baru tiba malam sekali. Meskipun ada kereta ekspres bandara ke arah Taipei Main Station, dan kalaupun kami sempat menumpanginya sebelum layanannya dihentikan malam itu, apa kami sempat menaiki kereta ke tempat kami menginap di tengah kota? Jangan-jangan sewaktu kami sudah sampai, layanan kereta dalam kota sudah keburu berhenti beroperasi. Daripada ambil risiko, kami pun memilih untuk menginap semalam di tempat yang tidak jauh dari bandara, baru kemudian berpindah ke penginapan lain di tengah kota.
Bagaimana dengan kebutuhan Internet selagi di Taipei? Kami menggunakan jasa Klook. Memesannya cukup melalui Internet, sementara membayarnya dengan kartu kredit. Saat tiba di Bandara Taoyuan, kami tinggal menunjukkan bukti pemesanan ke kounter Klook untuk mengambil paket router. Mengembalikannya nanti juga ke kounter yang sama. Kounter di Bandara Taoyuan buka pukul setengah enam pagi sampai pukul satu pagi.
Sudah beres semua, bagaimana dengan visa? Nah, sebagai penduduk Indonesia, ada kemudahan nih, asalkan kamu pernah mendapatkan visa dari dan mengunjungi Amerika Serikat, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru, atau Uni Eropa dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. (Saya sendiri kebetulan pemegang visa multiple entry Jepang.) Kamu lantas hanya perlu mendapatkan surat izin masuk melalui halaman ini. Begitu kita memasukkan data-data dan menekan tombol selesai, langsung deh surat izin masuk dikirimkan ke alamat e-mail kita. Sudah! Saking mudahnya saya malah ketakutan sendiri, Beneran nih, begini saja?
Tapi, pastikan semua data yang kamu masukkan benar, ya! Jangan sampai ada yang salah dan membuatmu tersangkut saat proses pemeriksaan di bandara nantinya. Dan yang jelas, jangan lupa dibawa saat kamu berangkat ke Taiwan! Nggak lucu kan, kalau sudah jauh-jauh sampai di sana malah disuruh balik badan dan pulang? Jangan lupa bawa paspor lamamu bila visa kunjungan ke negara-negara tersebut di atas tersemat di paspor lamamu itu.
Singkat cerita, pesawat kami menyentuh landasan Bandara Taoyuan pada Kamis malam. Setelah melewati Imigrasi dan mengambil router Internet, kami pun menuju stasiun bandara. Sewaktu melangkah ke arah lift, dua petugas keamanan yang berjaga menanyai kami, “Mau ke mana? Taipei Main Station?” Bukan, jawab kami. Ah, ternyata kereta terakhir ke arah Taipei Main Station sudah mau berangkat, dan mereka bertugas mengingatkan calon penumpang. Tuh kan, ngeri juga ya kalau mendarat dengan mepet begini dan kami tidak punya persiapan yang baik?
Hotel pilihan kami untuk malam itu adalah Lütel Hotel, yang terletak dekat dengan Taoyuan HSR Station. Kereta yang harus kami naiki sama dengan kereta yang menuju ke arah tengah kota Taipei, namun ke arah sebaliknya. Foto kamar hotel ini bisa kamu lihat di atas. Cukup lega kan untuk dua orang? Kamar mandinya sih bareng dengan penghuni hotel yang lain. Tapi bersih sekali kok.
Keesokan harinya, dengan menumpangi kereta bandara, kami pun berpindah ke hotel berikutnya, Best Hotel. Hotel ini kami pilih karena hanya beberapa stasiun jauhnya dari Taipei Arena di jalur yang sama; letaknya sendiri dekat dari stasiun Songshan; dan tidak jauh dari hotel ada kawasan pasar malam yang sangat seru untuk dikunjungi. Kamar hotel yang ini besar sekali, dengan kamar mandi dalam pula. Sebenarnya kami menyewa untuk bertiga tapi diberi kamar untuk berempat. Dengar-dengar sih di Taipei (mungkin Taiwan secara keseluruhan?) memang umum kamar hotel sebesar-besar ini.
Kami sempat juga lho menyambut GLAY di bandara. Jadi, ada dua bandara di Taipei. Yang pertama adalah Taoyuan, tempat kami mendarat, yang letaknya agak jauh dari pusat kota. Yang satu lagi, Songshan, masih bisa dikatakan bagian dari kota Taipei itu sendiri. Menuju bandara itu pun cukup naik kereta biasa, yaitu jalur Wenhu (berwarna emas di peta). Cukup banyak penggemar yang datang ke bandara sore itu. Meski menjerit-jerit atau berteriak-teriak, tidak ada yang mencoba melanggar batas dan masuk ke jalur yang memang diamankan untuk GLAY. GLAY pun santai saja menggelar semacam konferensi pers kecil di hadapan para penggemar yang juga boleh memotret-motret mereka. Tidak khawatir tiba-tiba terjadi kekacauan, atau ada fans yang mencoba-coba memegang mereka dengan tidak sopan. Bukti kalau semua tertib, semua justru kebagian enak!
Keesokan harinya, di hari konser, kami berangkat beberapa jam sebelum konser dimulai, untuk apa lagi kalau bukan membeli goods. Penjualan goods diadakan di pelataran di depan Taipei Arena. Penonton mengantri dengan rapi, dan pelayanan pun cukup cepat. Kalau di Indonesia, bila ada konser besar begini, biasanya di sekitar lokanya terjadi macet karena banyak yang datang membawa mobil pribadi. Namun hal itu tidak terjadi di sekitar Taipei Arena, karena banyak penonton datang menggunakan kereta, yang pintu keluar-masuk ke stasiunnya tepat berada di samping loka tersebut. Walhasil, terlepas dari antrian calon pembeli goods dan poster-poster GLAY, tidak terlihat ada keramaian berarti yang menandakan bahwa akan segera ada konser yang dihadiri ribuan orang di situ. Sejumlah penggemar terlihat membagikan goods gratis untuk para penggemar lainnya. Banyak yang berfoto-foto dan menandatangani spanduk untuk GLAY. Bahkan Mugi-san malah sempat lho syuting di depan Taipei Arena tanpa ada yang mengganggu!
Kalau kalian mau makan dulu sebelum konser, ada restoran dan kafe, juga minimarket kalau hanya ingin bersantap cepat, baik di gedung Taipei Arena-nya sendiri maupun di sekitarnya. Kami sendiri memilih sebuah restoran mi daging sapi beberapa blok dari situ, yang kami temukan berkat bantuan Google Maps. Lumayan sambil jalan-jalan sedikit menunggu pintu gedung pertunjukan dibuka.
Ketika kami kembali ke Taipei Arena, pintu-pintu sudah dibuka. Penonton mulai mengalir masuk. Tidak tergesa-gesa karena toh semua kursi bernomor, yang tercantum di tiket masing-masing. Tidak ada serobot-serobotan. Tidak ada antrian yang berantakan.
Konser GLAY sendiri memuaskan seperti biasa. Penonton tidak hanya dibuat larut dan terharu oleh musik yang mereka bawakan, melainkan juga tertawa karena beraneka polah mereka, termasuk upaya TERU mencoba menyapa penonton dengan bahasa Mandarin. Ketika ia berhasil mengucapkan satu kalimat dengan benar dan membuat penonton mengerti, ia puas sekali!
Ketika konser selesai, penonton berangsur-angsur meninggalkan gedung pertunjukan, lagi-lagi tidak pakai rusuh. Saya sendiri merasa sangat puas, bukan hanya karena penampilan GLAY yang luar biasa diiringi tata suara dan tata lampu yang baik, melainkan juga karena proses yang semuanya berlangsung lancar. Taipei Arena memang didesain agar hadirin mendapatkan pengalaman menonton yang baik, bukan sebuah tempat yang ‘dipaksa’ menjadi tempat pertunjukan musik. Bila hati puas sekali seperti ini, terlupa lelahnya dan beratnya usaha untuk jauh-jauh datang ke negara orang. Tidak rugi bayar mahal-mahal tapi capek hati karena proses yang membuat kesal dan pengalaman menonton yang jauh dari maksimal.