Penggemar musik biasanya memiliki daftar artis atau band kesayangan yang ingin mereka tonton. Menyenangkan sekali rasanya bila berhasil mencoret satu per satu nama dari daftar itu. Namun, mungkin tidak semua artis kesayangan itu berada dalam jangkauan. Dan barangkali, meskipun kita bisa saja ke luar negeri untuk ‘mengejar’ mereka, ada rasa senang ataupun bangga tersendiri bila bisa menonton mereka manggung di negeri kita sendiri.
Kamu mungkin sudah pernah mengusulkan kepada promotor untuk mendatangkan artis tertentu. Kamu mungkin sudah pernah menjawab poling dari promotor tentang artis mana yang kamu ingin tonton di Indonesia, lalu berharap-harap cemas menanti apakah promotor akan benar-benar mendatangkan artis tersebut. Apakah hanya itu saja cara yang tersedia untuk membuat sang artis benar-benar datang? Nah, di sinilah KONSAATO menawarkan sebuah alternatif.
Senin 30 Mei lalu, kami bertandang ke Freeware Spaces di Kemang untuk mengobrol dengan Danny Widodo dan Afi Integritya dari KONSAATO, sebuah startup yang berusaha menjadi jembatan antara penggemar, promotor, dan manajemen artis. Jembatan antara permintaan dan penawaran.
Ini bukan kali pertama kami mendatangi Freeware Spaces. Bulan April lalu, di bangunan yang sama, tepat di ruangan yang sama, kami menyaksikan konser intim d-iZe. d-iZe adalah artis kedua yang didatangkan oleh KONSAATO, setelah Rie Fu tahun lalu, berkat dukungan para penggemar. Di era ketika artis dan musik bisa dengan mudah ditemukan di Internet, jarak ruang seolah terlipat: artis bisa memiliki penggemar di mana saja. Akan tetapi, hal itu tidak menghapuskan kenyataan bahwa faktor geografis adalah suatu hal riil yang kerap menjadi penghalang bagi penggemar untuk datang menonton konser artis kesayangannya.
“Indonesia itu luas,” ujar Danny, “penggemar suatu band atau artis mungkin banyak, tapi tersebar di banyak kota.” Hal ini bisa terbaca dari data yang dikumpulkan oleh KONSAATO dari para penggemar yang memberikan suara dalam poling yang mereka adakan. Tak jarang, ada pula yang meminta agar artis tertentu dibawa ke kotanya, tidak manggung di Jakarta saja. Ini memang tidak mustahil, namun apa yang bisa dilakukan bila di kota tersebut tercatat hanya ada satu atau dua orang penggemar artis tersebut?
Data yang seakurat mungkin memang kini menjadi andalan untuk menjamin terlaksananya suatu konser. Tak jarang ada konser yang dibatalkan karena target penonton tidak tercapai. Atau, konser tetap berlangsung, namun loka yang digunakan menjadi terlalu besar bagi penggemar yang hadir dan terasa melompong—hal yang tidak mengenakkan bagi siapa pun yang terlibat, dari artis sampai penggemar. Jumlah pembeli tiket jauh dari jumlah suara yang masuk mendukung artis tertentu dalam poling yang sebelumnya diadakan oleh promotor. Terkadang pula, justru di hari H promotor dan pihak loka kewalahan karena jumlah penonton yang datang melebihi perkiraan semula. Data tentang penonton juga membantu penentuan dan penyesuaian loka agar konser menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi semua.
Tergerak oleh kenyataan yang sering ia lihat sewaktu bekerja di industri hiburan di Singapura, Danny pun mencoba-coba merumuskan dan mewujudkan on-demand concert platform yang kini dikenal sebagai KONSAATO. Danny langsung mengujinya dengan konser Rie Fu, dan tak dinyana, jumlah penonton yang datang saat itu melebihi harapan.
Konsep tersebut kemudian dikembangkan lebih jauh ketika Danny bertemu dengan keempat orang lainnya yang kini menjadi tulang punggung KONSAATO dalam Startup Weekend yang digelar Desember 2015. Ada Afi, seorang penggemar berat Coldplay yang memendam keinginan agar band Inggris tersebut berpentas di Indonesia suatu hari nanti. Wilson Nugraha Citra yang berpengalaman di bidang akunting dan keuangan mempertajam model bisnis KONSAATO. Sementara, duo Vicky Hardiman dan Handoko Tjung mengembangkan desain web KONSAATO, yang, ngomong-ngomong, akan diluncurkan versi barunya bulan ini.
Kelimanya memutuskan untuk meneruskan KONSAATO, yang menyabet gelar runner-up dalam ajang tersebut, dengan mengembangkan prototipe situs dan menggelar kampanye yang mendatangkan d-iZe. Dan kini, KONSAATO berhasil memperoleh pendanaan dari GruparaInc, dengan dukungan dari Andy Zain dari Kejora dan pasangan suami-istri Ashraf Sinclair dan Bunga Citra Lestari.
RekON sempat diajak melihat seperti apa kira-kira situs baru KONSAATO nantinya. Dibandingkan versi yang diperkenalkan dan dipergunakan dalam kampanye d-iZe, situs baru tersebut memiliki lebih banyak fitur yang tidak hanya menarik melainkan juga mempermudah penggemar untuk memberikan dukungan mereka kepada artis yang mereka ingin datangkan.
Apabila alur kerja dalam menggelar konser dimulai dari promotor mem-booking artis dan loka lalu dilanjutkan dengan penjualan tiket, KONSAATO membalik arah tersebut dalam upaya memperoleh data permintaan (demand) yang lebih akurat dan mencapai kompromi dengan segala pihak. Memang pernah ada promotor yang mencoba cara serupa ini sebelumnya, namun tanpa konsep yang jelas dan sarana/prasarana yang mendukung (diperburuk mungkin oleh integritas promotor yang meragukan), yang ada justru penggemar curiga. Amankah menyerahkan uang pembayaran tiket terlebih dahulu kepada promotor padahal belum pasti konser akan digelar? Sementara promotor juga mungkin berpikir, akankah menguntungkan bagi saya untuk tetap menggelar konser bila jumlah pre-order yang saya kejar tidak tercapai? Nah, KONSAATO berusaha meminimalkan risiko semua pihak yang terlibat—sekaligus, tentu saja, memaksimalkan kepuasan yang mereka peroleh.
Memang mungkin tidak semua manajemen artis sudah akrab ataupun mau mengikuti model bisnis ini. Bisa saja seorang artis atau suatu band memperoleh banyak dukungan dalam poling ataupun kampanye, namun pihak manajemen tidak merespons, atau menganggap jumlah dukungan belum cukup. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada harapan, lho. Dan KONSAATO ingin membantu mendekatkan harapan itu dengan kenyataan—melalui dukunganmu!
Cek situs web KONSAATO untuk mengetahui bagaimana memberikan dukungan kepada artis kesayanganmu agar bisa menggelar konser di Indonesia.