Sudah lebih dari setengah tahun saya, admin TP, bermukim di Jepang. Dan ternyata masih ada saja hal-hal yang menjadi catatan baru bagi saya apabila saya pergi menonton konser di sini. Ini adalah beberapa hal yang saya dapati sepanjang Mei dan Juni 2014 ini.

Spanduk LOVE in Action Meeting di Nippon Budokan. Di kanan bawah, terlihat tumpukan goodies untuk penonton. (Baca artikel di bawah)
Cek selalu info terbaru mengenai konser atau event yang akan dihadiri!
Saya berniat menonton NOCTURNAL BLOODLUST yang baru diumumkan sebagai O.A. (opening act, penampil pembuka) pada acara stylish wave NEXT GENERATION yang digelar oleh ClubZy di TSUTAYA O-EAST pada 31 Mei 2014. Pada awalnya, saya datang hendak menonton band-band lain yang sudah sedari awal dipastikan akan tampil di acara itu – SuG, Royz, DIV, dan Jupiter. Kebetulan, dapat bonus NCBL. Apa mau dikata… saya terlambat datang. Memang, hari itu saya ada urusan sebelum bisa berangkat ke tempat konser. Namun saya pun salah memperkirakan waktu karena tidak mencek pengumuman terbaru yang disampaikan lewat Twitter oleh ClubZy.
Dalam perjalanan menuju Shibuya tempat O-EAST berada, barulah saya mencek Twitter. Saya perkirakan saya akan tiba di sana beberapa lama sebelum pukul lima, saat penampil pertama naik panggung. Alamak… saya membaca tweet-tweet yang menyuratkan bahwa NOCTURNAL BLOODLUST sudah selesai manggung. Ah, saya tidak melihat tweet beberapa jam sebelumnya yang mengumumkan bahwa NOCTURNAL BLOODLUST sebagai opening act manggung 16.15, 45 menit sebelum penampil pertama. Ya sudah, pasrah lah. Ketika saya tiba di O-EAST, persiapan sedang berlangsung untuk tampilnya band pertama, Royz.
Ya, suka tidak suka, Twitter memang menjadi sumber informasi paling cepat saat ini di dunia maya. Band, livehouse, label, dan lain-lain akan terlebih dahulu memberikan pengumuman lewat Twitter. Pastikan kamu mengikuti akun Twitter yang bisa memberimu informasi akurat dan terbaru mengenai acara yang akan kamu hadiri.
Cek pula tiketmu. 開場 (kaijou) menunjukkan kapan pintu depan loka mulai dibuka. Sementara 開演(kaien) berarti kapan pertunjukan dimulai. Jangan sampai salah baca dan keliru datang, karena konser-konser di Jepang pada umumnya sangat tepat waktu!

Angket yang dibagikan kepada penonton setelah usainya konser SIX NINE WARS: TRIANGLE di STUDIO COAST. (Lihat cerita di bawah)
Bukan hanya jadwal, tapi terkadang ada ‘servis khusus’ yang diberikan setelah konser.
Dalam stylish wave NEXT GENERATION tanggal 31 Mei itu, ada ‘servis khusus’ bagi fans di akhir acara. Yaitu, fans yang datang membawa surat untuk band-band yang tampil boleh menyerahkannya secara langsung kepada anggota band favoritnya. Maka setelah acara ditutup, fans pun diminta berkumpul ke bagian-bagian aula pertunjukan berbeda, sesuai band yang ingin mereka beri surat. Fans Royz diminta berkumpul di lantai dua, sementara fans Jupiter, SuG, dan DIV diminta berbaris di depan panggung. Setelah persiapan beres, para personil band pun keluar, masing-masing membawa kantong untuk menampung surat para penggemar. Yang mengantri untuk menyerahkan surat kepada CHISA mendapat bonus darinya, yaitu ia memberikan hi-touch bagi setiap penggemar! He’s that sweet!
Ngomong-ngomong soal DIV, cheki DIV sering sekali terjual habis dalam waktu cepat, dan mereka tidak menyediakan stok baru.
Saya kurang gesit hari itu. Bukannya langsung keluar ke buppan setelah DIV selesai manggung, saya bertahan beberapa lama karena ingin melihat personil mereka diwawancarai di panggung. Ini memang biasa dilakukan dalam acara-acara ClubZy saat jeda antarband. Ketika akhirnya saya keluar dan bergabung dengan antrian di buppan (meja penjualan pernak-pernik) DIV, ya sudah terlambat. Meskipun dibatasi satu orang hanya boleh membeli maksimal 5 lembar, cheki terakhir ludes di tangan fans yang mengantri tepat di depan saya. Yah, padahal saya sudah punya pengalaman beberapa kali soal betapa cepatnya cheki DIV ludes, kok belum belajar juga dari pengalaman itu. Oke, ini harus jadi catatan penting saya!

Beginilah wujud keranjang-keranjang hadiah untuk MUCC.
Hal lain yang bisa dilihat dari foto ini: kiri atas, papan nomor yang membantu penonton melihat nomor tiket yang telah dipersilakan masuk.
Kiri bawah: sejumlah penonton melepaskan alas kaki mereka dan menggantinya dengan sandal yang lebih nyaman untuk dipakai melompat-lompat.
Kotak hadiah tidak selalu ada meskipun dalam event besar.
Kami (RekON) dititipi kartu ucapan dari fanbase Jupiter Indonesia untuk diberikan kepada Jupiter. Saya kira seperti biasa akan disediakan kotak hadiah (contoh ada di foto di atas), sehingga saya tinggal masukkan saja kartu tersebut ke kotak bertuliskan nama Jupiter. Kali ini, meskipun sudah celingak-celinguk memeriksa seluruh ruang depan, tidak satu pun kotak semacam itu yang terlihat. Apa boleh buat, saya pun mendatangi buppan Jupiter dan menyerahkan kartu tersebut langsung kepada staf yang berjaga di sana.
Tidak hanya kartu atau surat, hadiah pun bisa kita titipkan kepada staf (atau terkadang personil band sendiri) di buppan.
Terkadang band menjual cheki yang disisipi ‘atari cheki’.
Akhir-akhir ini semakin banyak band yang menyisipkan ‘atari cheki’ ke dalam tumpukan cheki yang mereka jual. Bila kamu mencabut cheki bertuliskan 当たり (atari/kena, atau terkadang ditulis dengan hiragana あたり ataupun katakanaアタリ), itu berarti kamu berhak mendapatkan hadiah. Hadiahnya bisa bermacam-macam, mulai dari cheki spesial (seperti yang admin dapatkan ketika memperoleh atari cheki ALSDEAD, lihat foto) sampai berfoto bersama semua personil band ataupun berdua saja dengan anggota favorit kita setelah konser berakhir. Jadi setelah membeli cheki, pastikan kamu mencek apakah cheki-mu ‘kena’ atau tidak!
Konser gratis, bagaimana cara dapatnya?
Tanggal 13 Juni, saya bersama seorang teman menonton konser gratis LOVE in Action Meeting yang digelar oleh Japanese Red Cross (JRC) di Nippon Budokan. Gratis? Yap! Kami hanya perlu membayar biaya cetak tiket di kombini (minimarket), tidak sampai 300 yen per lembar. Saya sendiri awalnya tidak tahu mengenai konser gratis tersebut. Teman sayalah yang menemukan informasinya. Lumayan, kami jadi bisa menonton Che’Nelle, Tomomi Kahala, May.J, dan Aquatimez secara (nyaris) gratis. Sudah itu, dapat banyak goodies lagi. Ada goodies yang bisa diperoleh pemegang tiket ataupun tidak, yang penting datang ke Nippon Budokan sebelum konser dimulai dan mengumpulkan cap dalam rally stamp dari tiga pos. Ada pula hadiah yang bisa diperoleh dengan me-like laman LOVE in Action di Facebook dan menunjukkannya kepada panitia. Sementara goodies khusus pemegang tiket dibagikan tepat sebelum memasuki aula pertunjukan setelah menunjukkan karcis.
Oleh karena itu, bila kamu sudah tahu pasti kapan kamu akan berkunjung ke Jepang, coba saja cari-cari informasi apakah ada konser gratis yang digelar. Terkadang label juga menggelar konser gratis – salah satu yang sering melakukannya adalah marder suitcase (label yang membawahi LIPHLICH, yazzmad, Dolly). Syarat mereka ringan, cukup mengirimkan surat elektronik berisikan nama, nomor telepon, dan alamat surat elektronik. Mereka akan mengontakmu lagi bila kamu dinyatakan memperoleh tiket gratis itu. Balasan itu harus kamu tunjukkan di pintu masuk loka (biasanya salah satu livehouse) sebagai izin masuk. Kamu hanya akan diminta membayar uang minum pertama (sekarang berkisar 500-600 yen).
Kalau untuk LOVE in Action, syaratnya sedikit lebih berat, yaitu saat mendaftar harus mengisi kolom alamat dengan alamat di Jepang. Apabila kamu harus melakukan hal ini, coba deh tanya ke kenalan apakah boleh meminjam alamatnya. Sewaktu mengambil tiket tidak akan dicek, kok. Tapi pastikan juga ya kamu bisa mengambil tiket gratisan itu pada tanggal pengambilan yang ditetapkan.

Ini lightstick yang dibagikan saat LOVE in Action. Saat tidak dinyalakan, cairan di dalam lightstick terlihat seperti darah. Cocok bukan untuk acara yang mengkampanyekan donasi darah?
Tabiat penonton band-band visual kei yang mapan bisa jadi sangat berbeda dari band-band yang masih berada dalam sirkuit indie
Sehari sebelum acara JRC yang gratisan itu, saya bersama teman pergi menonton three-man SIX NINE WARS: TRIANGLE di Shinkiba STUDIO COAST. Acara ini menghadirkan MUCC, MERRY, dan SuG. Ini sungguh tantangan bagi SuG, tampil bersama dua band senior yang tabiat penontonnya sudah bukan level penonton band indie di livehouse, melainkan sudah seperti band rock/metal pada umumnya, cenderung liar!
SuG grogi pada awalnya. Mereka bermain tepat setelah MERRY, yang membuka event tersebut dengan garang. Kelihatan jelas pula bahwa SuG belum popular benar di antara lingkaran pergaulan MUCC. Dua minggu sebelumnya, SuG tampil perkasa bersama band-band visual kei lain dalam stylish wave NEXT GENERATION. Mereka terhitung band besar dalam lingkaran itu. Namun bersama MUCC dan MERRY mereka bagaikan anak bawang. Penonton yang tadinya ramai bersesakan di bagian depan saat MERRY tampil, mendadak longgar ketika tiba giliran SuG. Banyak penonton lebih memilih keluar dulu untuk minum atau merokok. Untunglah SuG berhasil mengatasi kegugupan mereka dan tampil tetap dengan penuh semangat khas mereka. Lama-kelamaan semakin banyak penonton yang tampak tertarik dan memberikan sambutan positif.
Para penggemar SuG berperilaku cenderung manis, seperti penonton di livehouse visual kei pada umumnya. Iya headbang, iya furi, namun semua masih tergolong serba tertib. Keadaan mulai berubah ketika SuG menyajikan potongan lagu Daikirai MUCC dan Japanese Modernist MERRY. Saat sang penyanyi Takeru berteriak-teriak “TATSURO! DAIKIRAI!” yang punya nama mendadak muncul dari sisi panggung dan mengangkat Takeru dengan kasar, membuat sang penyanyi SuG tergelak. Aksi dadakan Tatsuro sang vokalis MUCC berbarengan dengan terjangan fans bandnya dari sebelah kanan, menabrak dan mendesak fans SuG di baris-baris terdepan! Ini memang sangat mengagetkan karena hal semacam ini biasanya tidak akan terjadi dalam event visual kei biasa. Fans mosh dan menerjang fans band lain saat band lain itu sedang tampil? Tidak terpikirkan dalam event visual kei! Meskipun kaget, tidak timbul bentrokan. Suasana justru semakin ‘panas’ dan fans MUCC, SuG, maupun MERRY pun menjadi mosh dan bersuka-ria bersama.
Puncaknya adalah saat Rolling. Masato, gitaris kanan, memberi tanda dengan tangannya, memutar-mutar, meminta fans membentuk circle pit. Penonton langsung tanggap! Mereka mundur, membuka lingkaran di antara penonton. Setiap kali lagu mencapai bagian refrain, penonton yang bergabung dalam circle pit pun berlari memutar, sambil melayangkan tos ke tangan para penonton lain yang berdiri membentuk tepi luar circle pit. Sebagian penonton lain yang tidak ikut ke dalam circle pit lebih memilih mosh di dekat palang depan. Asyik dan seru! Wajah-wajah gembira terlihat di mana-mana.
Sebenarnya sih, diving dan mosh tidak boleh dilakukan di STUDIO COAST – aula depan bertempelkan poster-poster yang menyatakan bahwa ダイブ (daibu, diving) dan モッシュ(mosshu, mosh) itu 禁止, kinshi, dilarang. Bahkan saat memasuki loka penonton diberi selembar kertas yang berisikan berderet-deret peraturan, pertama kali saya temui dalam pengalaman saya menonton di STUDIO COAST! Sebelumnya saat menonton Matenrou Opera dan vistlip., tidak ada peraturan tercetak yang dibagikan ke masing-masing penonton seperti itu. Toh larangan itu tidak menyurutkan para fans MUCC untuk melakukan diving dan mosh. Bergantian fans memanjat bahu teman yang lantas bergerak ke depan sambil memanggul mereka. Setelah dekat dengan pembatas depan, fans yang dipanggul di bahu pun menerjunkan diri, disambut tangan-tangan para penggemar lain. Gelombang demi gelombang fans melakukan hal tersebut berulang-ulang. Pemandangan yang luar biasa. Belum lagi headbang dan mosh yang terhitung brutal. Untuk penggemar MUCC yang tidak terbiasa dengan suasana konser seperti ini, mungkin sebaiknya memilih posisi aman ketika menonton MUCC, agar tidak menjadi korban benturan fisik yang tidak disengaja.
Hal terakhir yang saya pelajari akhir-akhir ini dan yang saya bahas kali ini adalah:
Penjualan tiket daring (online) hanya berlangsung sampai dua hari sebelum konser.
Saya sempat tidak berniat menonton konser one-man LIPHLICH di Yokohama BAYSIS, karena saya hendak menunggu final tur saja di Teater AiiA Tokyo pada bulan Juli. Namun dua hari sebelum konser, mendadak saya jadi ingin sekali datang. Mendekati tengah malam, saya buka beberapa situs penjual tiket daring, yaitu e+ dan Pia Ticket. Kebetulan di dua situs inilah saya punya akun, karena mudah mendaftar maupun membeli tiket di keduanya. Mendaftar di Lawson Ticket atau l-tike lebih sulit. Ah, tiket untuk konser LIPHLICH di Yokohama BAYSIS masih ada! Tapi cara pembayaran yang tersisa tinggal kartu kredit. Ya sudahlah, pikir saya. Kalau waktunya mepet, tentunya mereka susah berkoordinasi dengan kombini di mana kita biasanya bisa membayar tiket secara tunai. Lho, tapi kok kartu kredit saya tidak diterima. Transaksi gagal. Waktu sudah lewat tengah malam alias berganti ke H-1 ketika saya kembali ke halaman awal untuk mencoba melakukan transaksi lagi. Ups! Tiket konser tersebut tidak lagi tersedia secara daring. Kalau mau beli tiket, harus datang langsung ke loka, satu jam sebelum pintu dibuka.
Biasanya, tiket yang dibeli di loka pada hari-H lebih mahal 500 yen daripada harga yang tercantum di situs penjualan tiket. Jadi kalau tiket di situs dijual 3.000 yen, di loka dijual 3.500 yen. Tapi sebenarnya bila membeli secara daring juga akan ada biaya sistem, biaya cetak tiket di kombini, dsb. Intinya, harganya kurang-lebih saja. Namun tentu saja menunggu membeli tiket pada hari-H berisiko tiketnya keburu habis lebih dulu saat penjualan daring. Ditambah lagi, kita tidak akan mendapatkan tiket yang urutannya bagus. Pemegang tiket yang baru dibeli pada hari H baru boleh masuk setelah pemegang tiket yang dibeli sebelumnya masuk. Dipikir-pikir, adil ya?

Terkadang, setelah live, band memajang setlist mereka hari itu, umumnya di buppan (meja penjualan pernak-pernik). Ini setlist LIPHLICH di Yokohama BAYSIS 15 Juni silam.
Lain kali, kami akan bahas aspek-aspek lain dari konser ataupun event lain di Jepang. Bila kalian punya pertanyaan atau usul mengenai topik berikutnya untuk kami bahas, silakan tinggalkan komentar kalian!