Di pinggir kolam renang yang asri, di suatu Sabtu siang yang ditemani embusan angin, RekON bercengkerama dengan beberapa teman baru yang ramah. Ketiga teman baru RekON ini datang dari negara yang berbeda-beda dan memutuskan untuk menjadikan Indonesia sebagai rumah kedua mereka. Mereka adalah Rio, Ramy dan Kevin yang tergabung dalam sebuah grup bernama SAGA sejak awal tahun 2014. Rio berasal dari Jepang, Ramy dari Korea, sedangkan Kevin dari Tiongkok. Walau asal dan budaya mereka berbeda-beda, mereka menyatukan kekuatan dalam bermusik. Tanpa ada dukungan dari perusahaan mana pun, hanya mengandalkan pertemanan, mereka meniti karir musik dalam level global, bukan lagi hanya nasional apalagi regional. Pasti banyak pertanyaan yang menggembung di benak ONers tentang grup satu ini, demikian juga dengan RekON yang bertemu mereka membawa segudang pertanyaan.
“Ini bukan debut pertamaku.” Rio memulai kisahnya. Di tahun 2005, dia pernah tergabung dalam sebuah grup dengan nama sama, SAGA, di bawah asuhan AVEX, perusahaan hiburan ternama di Jepang. Kala itu, semua anggotanya adalah orang Jepang, tapi mereka melaksanakan semua kegiatan di Amerika. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan mimpi Rio menyatukan dunia melalui musik, yang diawali dengan menjembatani musik barat dan timur. SAGA versi lama ini cukup sukses, tapi Rio tetap merasa tidak puas. Kebebasan jiwanya sebagai pemusik terkukung komersialisasi. Akhirnya diputuskanlah untuk mengakhiri grup ini.
Beberapa tahun mengembara sendiri di dunia musik, mimpi itu tidak pernah sirna. Malah melihat dunia yang semakin terhubung tanpa ada batasan negara memberinya ilham untuk sekali lagi membentuk grup yang tidak dibatasi negara dan aturan bisnis. Untuk meyakinkan diri, Rio meminta nasihat pada pemusik seniornya. Tak disangka, sang senior sangat mendorong idenya ini, maka semakin menggebulah niatnya tersebut. Sejak saat itu, dia memutuskan untuk membentuk grup impiannya.
Ketika tinggal selama dua tahun di Beijing, ada seorang teman yang memperkenalkannya kepada Kevin. Obrolan dan diskusi membuat keduanya menyadari kesamaan pemikiran dan visi mereka dalam bermusik. Setuju untuk bergandengan tangan bersama Rio dalam proyek ini, Kevin resmi menjadi bagian dari grup. “Aku ingin membuat musik dan bernyanyi lebih baik lagi. Aku ingin seperti U2 yang bisa mengumpulkan banyak pendengar dari berbagai tempat dalam satu panggung. Betapa banyak kebaikan yang bisa aku lakukan dengan kekuatan seperti itu. Aku ingin SAGA bisa seperti itu,” ujar Kevin. Namun, Rio merasa ini belumlah formasi penuh dari grup impiannya. Sambil mencari anggota grup selanjutnya, grup setengah jadi ini mulai membuka perjalanannya.

“Selamat bergabung dalam musik SAGA. Kalau kalian suka dengan musik kami, silahkan ‘like’ halaman Facebook kami. Jika kalian juga ingin kami datang ke kota kalian, klik halaman kami di mymusictaste.com. Berikan kami banyak dukungan ya” -Kevin
Membutuhkan sebuah nama yang dapat mewakili grupnya, mereka memutuskan untuk tetap menggunakan nama SAGA. “Nama ini sejalan dengan tujuan kami. Saga dalam bahasa Inggris artinya cerita atau kisah perjalanan.”
Mereka terus mencari pemusik yang tepat untuk melengkapi formasi SAGA. Segala daya upaya dilakukan, mulai dari mengaudisi di Tiongkok, tempat Rio dan Kevin saat itu bermukim, sampai ke Korea, negara tetangga. Namun sang pelengkap ini tidak kunjung muncul juga. Lucunya, mereka malah menemukan anggota ketiga melalui jejaring sosial. Atas rekomendasi seorang teman, Rio menghubungi Ramy hanya melalui akun jejaring sosialnya. Melihat pemikiran dan visi (juga ada sedikit faktor dari kecantikannya) yang tersirat dalam laman akun Ramy, Rio segera merasa cocok dan sejalan. Tak disangka, komunikasi melalui pesan-pesan media sosial mampu membuat Ramy tertarik dan akhirnya setuju untuk bergabung dengan SAGA. “Aku melihat kesungguhan dan ketulusan Rio di pesan-pesannya. Aku juga melihat bahwa dengan bergabung dengan SAGA, impianku untuk membuat bahagia banyak orang dengan suaraku semakin mungkin tercapai,” kisah Ramy. Mereka kini telah mendapatkan tawaran membuat lagu soundtrack untuk sebuah drama Tiongkok.
Dengan masuknya Ramy, lengkaplah SAGA dan dimulailah debut resmi mereka. Mereka memutuskan untuk debut di Jepang, Korea Selatan, Tiongkok dan Indonesia sebagai permulaan. Tapi selanjutnya mereka akan terus melebarkan sayap dan inginnya menyambangi setiap tempat di Indonesia. Pertanyaan besar menggelitik RekON, “Kenapa Indonesia?” Ternyata jawabannya sangat sederhana, “Karena banyak yang merekomendasikan dan instingku mengatakan Indonesia tempat yang tepat.”
Bosan dengan iklim Beijing yang dingin, Rio ingin sekali tinggal di tempat yang bermandikan sinar matahari sepanjang tahun. Bertanya ke sana kemari, banyak teman yang menyarankan Indonesia. Rio percaya, kalau banyak yang ‘menyuruh’ maka pasti ke sanalah tempat yang harus dituju. Maka diaturlah demikian. Dengan bantuan dari rekan dan teman, SAGA mendapat peran sebagai duta merk telepon genggam Mextron. Mereka adalah duta ketiga untuk merk ini setelah Cherrybelle dan Noah. Di sini jugalah mereka berkenalan dengan lagu-lagu Cherrybelle. Mereka ingin melakukan kolaborasi dengan pemusik lokal ke mana pun mereka pergi. Karena itu, setelah mendengarCherrybelle, Rio me-remix lagu mereka yang berjudul Pura-Pura Cinta sebagai kolaborasi pertama di Indonesia. Mereka juga menampilkan lagu tersebut sebagai perkenalan SAGA kepada masyarakat Indonesia di TV, bersama dengan Cherrybelle tentunya.

“Aku sangat berterimakasih banyak kalian memberikan perhatian pada musik SAGA. Semoga kalian menikmatinya. Ennichisai adalah show pertama kami . Setelah ini kami akan mulai melakukan banyak aktivitas. Tolong berikan dukungannya ya.” -Ramy
Namun, penanda dimulainya kegiatan mereka di Indonesia adalah penampilan mereka dalam acara Ennichisai pada tanggal 24-25 Mei 2014 di Blok M. “Aku berharap banyak yang datang dan menonton penampilan kami. Dengan Ennichisai ini, SAGA akan memulai kegiatan-kegiatan kami di Indonesia,” harap Ramy. Di Ennichisai, mereka bukan hanya mendapatkan waktu sendiri untuk tampil, SAGA juga diminta untuk membuat lagu tema dari acara tersebut. Tidak tanggung-tanggung, di dalam lagu tersebut terdapat lima bahasa: Jepang,Korea, Mandarin, Inggris dan Indonesia. “Awalnya kami hanya membuat dalam empat bahasa. Tapi, begitu kami ajukan ke panitia acara, mereka meminta kami menambahkan bahasa Indonesia juga.” Tantangan seperti ini, tentunya takkan menghalangi mereka. Setelah berkonsultasi dengan teman dari Indonesia, maka jadilah sebuah lagu yang sangat unik.
Setelah Ennichisai, SAGA akan menyiapkan album untuk pendengar. Album ini akan dipromosikan di Jepang, Korea dan Tiongkok selama musim panas. Untuk sementara, mereka akan meninggalkan Indonesia. Tapi jangan khawatir, mereka akan tetap kembali ke Indonesia karena mereka senang membuat musik di sini, bahkan mereka sudah membuat studio kecil di Jakarta. “Aku suka suasana di sini. Kalau melihat langit yang biru rasanya bisa langsung tenang,” tukas Ramy. “Udara di sini juga lebih bersih dibanding di Beijing,” tambah Kevin. Kondisi-kondisi ini lah yang membuat mereka bisa mendapatkan banyak inspirasi.
Tempat yang inspirasional memang penting untuk membuat musik. Apa lagi dengan gaya membuat musik seperti yang Rio lakukan. “Aku selalu membayangkan bagaimana jika sebuah lagu itu ditampilkan di panggung. Membayangkan suasana yang meriah dan seru. Aku membuat musik yang masuk ke dalam suasana itu. Ketika suasana semakin panas, aku membayangkan suara Ramy dan Kevin masuk ke dalamnya. Karena itu, mereka berdua selalu kepayahan menyanyikan lagu yang aku buat karena not-notnya yang tinggi. They feel dying.. Hahahahaha..” candanya.
Walaupun hampir semua musik dibuat oleh Rio, Ramy dan Kevin juga membuat beberapa lagu yang bisa kalian dengar di akun Soundcloud mereka. “Ramy dan Kevin adalah pembuat lirik yang bagus. Jadi, untuk urusan lirik aku serahkan pada mereka. Nanti dari setiap lagu, kami akan memilih bagian mana yang masuk dengan musiknya. Terutama untuk versi global, kami memilih lirik yang paling natural masuk ke dalam lagu dan sangat mungkin jadinya dalam sebuah lagu ada beberapa bahasa. Kami rasa versi terjemahan tidak selalu terdengar alami, maka kami lebih memilih cara ini,” jelas Rio kepada RekON.

“Dari jumlah penduduk Indonesia yang besar, aku yakin akan banyak yang suka dengan musik kami. Tapi karena kami tidak tampil di TV tiap hari, musik kami tidak bisa menjangkau semua. Karena itu jika kalian suka musik kami, bagikan dengan teman-teman kalian ya. Dan jangan lupa ajak mereka juga ke show kami.”- Rio
“Bulan November nanti kami akan tur keliling Eropa.” Rio menambahkan keterangan tentang kegiatan SAGA tahun ini. RekON pikir, berani juga mereka mengambil langkah yang besar berkeliling Eropa untuk sebuah grup baru saja menetas. Ternyata beberapa tahun lalu, Rio pertama kalinya menginjak Eropa. Dia sungguh kaget karena ternyata banyak pecinta kebudayaan Jepang di sana. “Kita orang Asia selalu memandang Eropa sebagai negara dengan mode, musik dan budaya yang terdepan. Ternyata budaya Asia pun mereka bisa terima.” Sejak saat itu, Rio berjanji akan membawa grupnya yang akan datang keliling Eropa, bukan hanya musik Jepang tapi keseluruhan musik Asia. Maka November nanti merupakan pemenuhan janjinya kepada diri sendiri.
ONers tahu walaupun mereka sudah dua bulan di Jakarta (ketika RekON melalukan wawancara ini), mereka belum sempat jalan ke banyak tempat. Bahkan Kevin belum sempat ke mana-mana. “Sejak Kevin datang, yang kami lakukan hanya latihan, rekaman, latihan, rekaman.” Walaupun begitu Rio pernah mandi air panas di Ciater dan pergi bersama Ramy ke Ancol. Mereka berdua ingin sekali sebetulnya berbagi hal ini dengan Kevin juga. Mungkin mereka akan melakukannya di lain kesempatan.
Satu lagi rahasia yang SAGA bagi kepada RekON. Rio bisa berbahasa Inggris, Jepang dan Mandarin. Ramy tentunya lancar dalam berbahasa Korea, sedang belajar bahasa Jepang dan Mandarin. Sedangkan Kevin berbahasa Mandarin dan sedikit Inggris. Jika mereka bertiga berkomunikasi tentunya menggunakan bahasa Inggris bercampur dengan bahasa Jepang dan Mandarin dan Rio sebagai penengah. Coba ONers bayangkan, kalau hanya Ramy dan Kevin yang melakukan percakapan, akan seperti apa ya? “Seharusnya mereka melakukan percakapan dengan bahasa Mandarin. Tapi anehnya Ramy cenderung menggunakan bahasa Jepang ke Kevin dan Kevin cenderung menggunakan bahasa Inggris. Sia-sia kan apa yang mereka lakukan. Hahahahaha…” Walaupun begitu, mereka bertiga tetap merasakan ikatan yang kuat satu sama lain.
Setelah cukup lama ngobrol dari hal yang serius sampai canda tawa, pertemuan kami ini harus diakhiri. Teman-teman yang ramah dan rendah hati dengan mimpi besar menyatukan seluruh dunia melalui lagu mereka. Nekad atau ambisius? Mungkin bukan keduanya, hanya naif. Bagaimana pun juga kita membutuhkan orang-orang seperti mereka. Berani bermimpi besar – dan bekerja keras menuju pencapaian yang juga besar.
Terima kasih kepada SAGA dan Erie Morino atas waktu wawancaranya.
SAGA