MALAM TAHUN BARU BERSAMA BAND-BAND VK
Niatan awal RekON adalah menghadiri acara malam tahun baru band-band visual kei di sebuah live house kenamaan, AREA di Takadanobaba. Incaran utama RekON memang Duel Jewel, namun daftar band yang dijadwalkan tampil di AREA pada tanggal 31 Desember itu sungguh memikat: Lycaon, v[NEU], amber gris, Moran, D.I.D., R-shitei, ROYZ, BORN, Diaura…
Mencari AREA juga cukup mudah. Turun di stasiun Takadanobaba jalur Yamanote, keluar dari Gerbang Waseda, belok kiri, berjalan sedikit… Dan dari agak jauh pun telah terlihat tulisan hitam besar-besar AREA pada papan putih. Lagi-lagi RekON harus menuruni tangga ke bawah tanah – pertunjukan musik visual kei secara harfiah memang ‘underground’. Tidak ramai terlihat orang saat itu, sehingga RekON pikir acara itu masih cukup sepi. Lagipula masih pukul 15.00 lewat.
Namun betapa kecewa RekON ketika mbak-mbak penjaga loket tiket, yang cukup fasih berbahasa Inggris, mengatakan bahwa “Kami tidak jual tiket lagi hari ini.” Dengan kata lain, kalau mau masuk, RekON sudah harus pegang tiket yang RekON beli kemarin-kemarin. “Sold out?” tanya RekON. “Iya,” si mbak menjawab lagi. Mungkin karena kasihan melihat wajah RekON, ia berkata, “Soalnya banyak sekali orang yang datang. Kamu harus menunggu.”
“Sampai kapan?”
“Tidak tahu. Harus tunggu ada yang keluar.”
Hmmm… seperti menggantungkan harapan pada tali yang sangat tipis. RekON pun mengucapkan terima kasih dan meninggalkan AREA. Otak RekON berputar cepat. Bila tujuan utama RekON adalah Duel Jewel, RekON tahu hari itu mereka dijadwalkan manggung tiga kali: sekali di AREA, sekali di acara OVER THE EDGE di Shibuya yang juga sudah sold out sejak agak lama, dan satu lagi… di EDGE Ikebukuro.
Meskipun khawatir di EDGE pun RekON tidak memperoleh tiket, RekON bertekad untuk mencoba peruntungan. Lekas-lekas RekON menaiki kereta jalur Yamanote ke Ikebukuro yang tidak begitu jauh letaknya dari Takadanobaba. Betapa lega ketika si mbak penjual tiket di EDGE – yang sama dengan yang menjual tiket ke RekON dua hari sebelumnya – menyatakan, “Oke, oke! Tiket masih ada!” Sambil menyerahkan tiket kepada RekON, ia pun menanyakan hal yang sama dengan yang ia ajukan kepada RekON kemarin dulu, “What band you like?” Kali ini RekON jawab, “Duel Jewel!”
Bila biasanya rundown tidak ditunjukkan, kali ini fotokopi rundown ditempelkan sejak dari loket tiket. Mungkin ini untuk memudahkan para penggemar yang ingin berpindah-pindah tempat malam itu mengikuti penampilan band kesayangannya di beberapa live house/hall sekaligus. Dengan girang RekON melihat bahwa Duel Jewel akan tampil pukul 23.00, yang berarti ada harapan RekON akan merayakan hitung mundur tahun baru bersama mereka!
Khusus untuk acara malam tahun baru, makanan dan minuman dari luar tidak boleh masuk (biasanya boleh). Jadi, bila hendak jajan, harus beli di dalam. Misalnya popcorn dijual 100 yen, soba dijual 200 yen. Jajanan murah-meriah. Satu kali minuman gratis sih tetap dapat. Tiket kita yang hanya berupa lembar sederhana berwarna hijau akan diberi cap merah oleh penjaga bar setelah kita mengambil minuman jatah kita itu.
Dan tidak seperti dugaan RekON, ternyata EDGE tidak begitu ramai. Penggemar datang dan pergi sesuai band yang mereka sukai. Barangkali lebih banyak penggemar terpusat di AREA karena band yang tampil di sana lebih banyak. Di EDGE ini justru Moran dan Lycaon tampil paling awal, antara pukul 12 dan 1 siang. RekON tiba ketika SCAPEGOAT sedang membawakan 2 lagu terakhir mereka.
Berikutnya tampil Black Gene for the Next Scene dengan musik mereka yang meriah ditingkahi bunyi-bunyian keyboard yang ramai. Bila handuk konser band lain banyak yang berwarna-warni cerah, handuk mereka berwarna hitam dengan tulisan putih. Nah, berhubung acara kali ini dimulai sejak siang, ICE si penyanyi pun sampai bingung sendiri hendak menyapa. “Ini sudah konbanwa apa masih konnichiwa, ya?” Penonton pun tergelak.
BFN tampil sangat atraktif, bahkan ICE sampai melepas kemejanya karena kegerahan – yah, sekaligus memamerkan tubuhnya yang sixpack dan layar LED di ikat pinggangnya yang menampilkan tulisan namanya. Kemejanya yang ia letakkan di lantai, lekas-lekas diambil staf dan diamankan ke belakang panggung. Memang, kostum band VK seringkali mahal dan susah dibuat. Oleh karena itu harus dijaga benar agar tidak sampai rusak. Penonton VK Jepang sudah paham soal ini, sehingga meskipun jarak band di panggung dengan penonton sangat dekat, mereka tidak mencoba-coba pegang-pegang agar tidak sampai merusak kostum band. Kalau mau ada pegang-pegangan, ya inisiatifnya harus dari si personil band.
Berikutnya adalah band yang bagi RekON merupakan salah satu ‘temuan’ paling berharga dalam lawatan RekON ke Jepang kali ini: Glam Grammar. Mereka muncul mengenakan kostum abu-abu seperti yang dikenakan dalam foto-foto promo single pertama. Hanya saja kali ini sang penyanyi, Ayumu, melengkapi penampilannya dengan topi yang berwarna pink. Dari awal saja band ini sudah bikin ‘kaget’, karena alih-alih Ayumu yang berdiri di stand di tengah panggung seperti yang dilakukan vokalis-vokalis band lain di permulaan set mereka, yang melakukannya justru Shuuta, sang gitaris kiri.
Shuuta yang tinggi, tampan, dan sering obral senyum bagai menjadi andalan utama GG menarik penggemar. Bahkan seringkali RekON perhatikan, tangan Shuuta lepas sama-sekali dari gitarnya. Ia justru sibuk tebar pesona kepada penonton, sementara gitaris kanan, Ray, dengan tekun terus memproduksi suara dengan gitarnya.
Mungkin karena materi mereka belum terlalu banyak juga – meskipun yang ada cukup catchy – Glam Grammar mengisi set mereka dengan banyak bercanda… dalam hal ini merundung alias mem-bully basis mereka, Ritsu. Mulai dari disuruh MC di tengah panggung, sampai disuruh berdiri sendirian di kanan panggung sementara semua temannya, termasuk Marsa sang drummer, berdiri dengan lagak menunggu di sebelah kiri sambil sekali-sekali menggoda Ritsu agar gugup. Shuuta juga membuat tertawa dengan berusaha keras menunjukkan bahwa bagian bawah rambutnya yang pirang sebenarnya dihiasi semburat warna merah muda.
RekON juga terkesan dengan Glam Grammar yang tidak keberatan penonton mengangkat handuk band lain saat hendak melakukan furi dengan handuk. Mereka malah meminta penonton menunjukkan handuk apa yang mereka miliki agar bisa mereka lihat jelas. “Wah, apa itu? Punya Black Gene? Keren. Yang itu siapa? Kra? Wah, bagus. Pokoknya asal ada handuknya, ya!”
RekON sempat bertemu Glam Grammar setelah mereka manggung. Gara-garanya, mereka pergi ke dapur EDGE untuk melahap soba seharga 200 yen semangkuk itu. Mereka ramah sekali, mau meladeni fans berbincang-bincang. Saat itu ketahuan Shuuta sebenarnya sedang agak sakit, karena ia batuk-batuk dan menutupi muka dengan masker. RekON jadi tidak enak mau mengajak Shuuta mengobrol, sehingga lebih memilih mendekati Ayumu.
Ayumu senang sekali sewaktu RekON puji dan, seperti juga Yosuke ALSDEAD, mengulurkan tangan untuk dijabat ketika tahu negara asal RekON. Ray dan Marsa juga tersenyum ramah pada RekON. Sayang Ritsu keburu menghilang lagi ke balik panggung setelah menghabiskan soba-nya. Ayumu dan Ray sempat memeluk erat seorang staf (atau malah petinggi?) EDGE. Mereka pun beranjak meninggalkan EDGE lewat tangga depan. Shuuta dan Ayumu melambai-lambai kepada lima penggemar yang masih menunggui mereka, termasuk RekON.
Seperti juga kejadian tanggal 29 Desember, penampilan Glam Grammar yang gemilang membuat RekON jadi kesulitan menilai band berikutnya, LANDZ. Bukannya band yang digawangi Shin, haru, towa, U-YA, dan Akito ini jelek, hanya saja… yah. After-effect GG terlalu kuat. Yang RekON ingat jelas sekali hanya dari LANDZ malah: Kostum hitam-putih mereka kok mengingatkan kepada Alice Nine, ya.
Tapi tanpa sengaja, RekON banyak mendapat kontak mata dari towa. Semata karena RekON berdiri di tepi depan pelataran ushiro, segaris lurus dengan mikrofonnya, sehingga bila towa menyanyi sambil menatap lurus ke depan, matanya bersirobok dengan mata RekON. Bila kontak mata semacam ini yang kalian inginkan, cobalah mengejar posisi tersebut bila kalian berkesempatan menonton band VK di live house semacam EDGE.
Downer menjadi band berikutnya yang tampil dengan kostum hitam-hitam. Hanya sang penyanyi, Anzu, mengenakan celana panjang merah. Band ini juga cukup atraktif dan seru.
Semakin malam, penonton semakin ramai saja. Tidak heran, karena nama-nama yang tampil lebih malam juga semakin ‘besar’. Saat AUBE saja, kelihatan betul bahwa yang memenuhi floor adalah fans mereka – termasuk seorang cowok. Tampilan AUBE sendiri cukup sederhana. Mereka mengenakan kemeja dan vest atau jas hitam, disertai hiasan leher berupa dasi, kravat, pita, atau fur. Sedari lagu pertama, mereka sudah mengajak penonton headbang hebat. Namun bukan itu saja yang membuat penampilan AUBE sungguh ‘super’ di mata RekON!
Kaito sang penyanyi turun ke tengah floor, menyibakkan penonton, menyuruh mereka mengosongkan bagian tengah dan berdiri di pinggir kiri dan kanan. Tas-tas yang diletakkan di lantai pun ia minta singkirkan. (Iya, penonton VK biasa meletakkan segala macam bawaan mereka yang seabreg-abreg begitu saja di lantai, kerap ditinggal-tinggal pula.) Kaito lantas malah menyanyi dengan bersender di pagar, menghadap ke teman-temannya di panggung. Lalu, sesuai aba-abanya, kelompok penonton di kiri dan kanan lari ke tengah, bertabrak-tabrakan sambil dance. Wall of death ala VK, RekON membatin, hanya saja yang melakukan adalah gadis-gadis berpenampilan cantik-cantik yang tampak sangat senang…
Di lagu lain, Kaito dan para fans mengeluarkan marakas berwarna merah dan kuning. Sepanjang lagu mereka menggoyangkan marakas bersama-sama, menghadirkan bunyi perkusi meriah yang mengatasi raungan gitar yu-ichi dan sae sekali pun. Ngomong-ngomong soal kedua gitaris ini, RekON acung jempol banget deh untuk permainan mereka yang memukau.
Yang RekON masih juga gagal paham adalah, meskipun di lagu-lagu lain furi dan atraksi AUBE demikian memikat, ada satu lagu di mana rupanya belum/tidak ada gerakan bersama yang dirancang. Dan penonton pun diam saja seperti patung…
Band yang dapat giliran tampil sesudah itu, LIPHLICH, mengawali set mereka dengan berbeda. Biasanya, kalau band lain, tirai dibuka, musik pengantar yang khas untuk masing-masing band terdengar, dan anggota band akan muncul satu per satu, membungkuk ke hadapan penonton atau semacamnya, sebelum mengambil posisi dan instrumen masing-masing. Namun dalam penampilan LIPHLICH, sebelum tirai dibuka, musik pengantar telah terdengar, dan tirai yang masih rapat tertutup menjadi layar bagi permainan lampu berwarna merah yang menghadirkan suasana misterius. Dan ketika tirai akhirnya disingkap terbuka, semua personil LIPHLICH telah siap di atas panggung dan langsung mengawali set mereka.
Dalam kesempatan kali ini, LIPHLICH mengenakan kostum celana panjang hitam, haori (atasan) hitam, dengan obi (ikat pinggang) putih. Sang penyanyi, Shingo, juga mengenakan topi fedora hitam sebagai pelengkap. Wataru, sang basis yang berambut gondrong dan bertubuh penuh tato yang ditampakkan dengan membiarkan haori-nya melorot, berulang-ulang digoda sebagai ‘battousai’ dan ‘samurai-san’ oleh Shingo. Taka pada gitar dan Eiki pada drum juga tidak kalah sangar dalam hal penampilan fisik maupun permainan instrumen.
LIPHLICH tampil dahsyat, apalagi power suara Shingo luar biasa, dan tatalampu juga sepertinya paling mantap dan terencana saat mereka tampil. Benar-benar menambah pengalaman indra saat menonton mereka.
Nah, setelah ‘dihajar’ penampilan-penampilan ‘keras’ semacam itu, RekON ternyata justru tidak siap menghadapi penampilan band yang justru menjadi incaran utama, Duel Jewel. RekON tidak mengira mereka begitu… ngocol.
Pertama-tama, mereka tampil ‘ajaib’ tanpa kehadiran sang vokalis, Hayato, maupun penyanyi band Korea EVE, Kim Sehun, yang bekerjasama dengan Duel Jewel dalam penggarapan album Fusion. Jadi kalau biasanya ada penyanyi yang menyanyi diiringi musik playback, nah ini ada band yang memainkan instrumen mengiringi suara rekaman sang penyanyi yang jadi terdengar begitu cempreng dari speaker. Kedua gitaris, Yuuya dan Shun, juga sang basis, Natsuki, mengisi ‘kekosongan’ itu dengan bernyanyi, berteriak, dan growling dalam lagu-lagu mereka seperti Azure. Meski demikian, tentu saja tetap terasa ada sesuatu yang hilang dan tak tergantikan.
Set mereka yang tidak lazim ini untungnya malah jadi ditambahi hal-hal yang mengocok perut. Yuuya memimpin penonton untuk berseru-seru memanggil personil satu per satu. Pertama-tama hadirin diajak memanggil-manggil dirinya, lalu Natsuki. Giliran ketiga seharusnya Hayato, yang baru merayakan ulang tahunnya dua hari sebelumnya. “Hayato! Lho, Hayato nggak ada!” Yuuya lalu sok berdoa menghadap ke langit kepada Tuhan.
Giliran Shun, Yuuya tidak mau menyebutkan namanya dengan benar dan malah memanggilnya ‘Sama-shun’. Karena Yuuya tak juga membetulkan panggilannya, Shun yang kesal menendang pantat rekannya sesama gitaris itu. Giliran Val (Baru) yang dipanggil, eh dia malah disuruh maju ke depan dan makan soba yang entah panas atau pedas, yang dibawakan oleh staf dari belakang panggung. Yang jelas Val kelihatan cukup menderita saat harus cepat-cepat menelan soba yang diberikan kepadanya, meski sambil diiringi tepuk tangan pemberi semangat. Tuntas melaksanakan tugas, Val cepat-cepat kembali ke balik drumsetnya. Tapi Shun menyambar mangkok soba darinya dan mencoba menyeruput mi tersebut… Lantas malah menjulurkan lidah dengan wajah tersiksa. Siapa suruh makan sembarangan!
Duel Jewel menyudahi penampilan mereka dengan mengajak penonton melompat bareng-bareng. Sungguh puas rasanya! Namun keseruan bersama Duel Jewel malam itu belum selesai.
Kra naik panggung sekitar pukul setengah dua belas malam. Di panggung kini telah terpasang sebuah jam digital besar yang menunjukkan detik-detik menuju tengah malam. Terlebih dahulu Kra membawakan, kalau RekON tidak salah, tiga lagu sambil berinteraksi dengan penonton. Saat jam digital menampangkan pukul 23:45, Keiyuu sang penyanyi membuka pintu ke belakang panggung dan berseru, “Ah, ada!” Duel Jewel pun muncul lagi di panggung untuk ikut penghitungan mundur ke tahun baru. (Saat itu RekON benar-benar berpikir, Ah! Untunglah RekON tidak jadi ke AREA dan malah ke EDGE!) Panggung pun kembali menjadi rusuh dengan kehadiran empat abang-abang ini!
Yuuya yang bawel langsung menempatkan dirinya sebagai MC utama bersama Keiyuu. Saat mereka sedang ramai mengoceh, Shun di pinggir kiri panggung malah membungkuk dan mengamati pedal gitaris Kra, Taizo. Ia menanyakan sesuatu kepada Taizo sambil berjongkok, namun pertanyaannya rupanya tak terdengar oleh Taizo. Akhirnya Shun malah bertanya sambil berteriak-teriak! Suaranya sampai kedengaran ke tempat RekON berdiri. Yuuya sebal dan mendatangi Shun, “Ini apa sih, berisik!” Shun-sama memang aneh-aneh kelakuannya!
Staf muncul membawakan beberapa kaleng bir yang diedarkan ke personil kedua band. Namun sebelum menyerahkan kaleng yang seharusnya menjadi bagian Yuuya, Natsuki terlebih dahulu mengocok-kocoknya dengan kencang. Yuuya menatap Natsuki dengan pandangan “Maksudmu apa…” Keiyuu ikut mengambil kaleng itu dari tangan Yuuya dan kembali mengocok-kocoknya sebelum dikembalikan. Akhirnya selama beberapa saat mereka ini malah sibuk saling mengkocok kaleng bir.
Ketika mereka sedang rusuh sendiri begitu, penonton berseru-seru mengingatkan bahwa sudah pukul 23:59. Yuuya yang tersadar lekas menengok jam digital dan berusaha menghitung detik yang berjalan. “23:59 10 detik, 11, 12… ah masih lama!” Namun pada akhirnya seisi EDGE pun bersama-sama menghitung mundur detik yang tersisa: 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1… Ucapan selamat tahun baru dan tepuk tangan pun berkumandang.
Sebelum kembali lenyap ke belakang panggung, Duel Jewel sempat memberikan ‘hadiah tahun baru’ tak terlupakan kepada Keiyuu. Shun tahu-tahu menyergap Keiyuu dari belakang, dan Yuuya bersiap-siap mencium Keiyuu. Keiyuu meronta-ronta menolak, namun tak seorang pun anggota bandnya yang datang membantu. Natsuki membantu memegangi tangan Keiyuu, dan Yuuya pun langsung menyosor sang penyanyi Kra. Penonton jadi tertawa tergelak-gelak, apalagi ketika melihat tampang nelangsa Keiyuu sesudahnya yang sibuk melap wajah dan lehernya sementara Yuuya terbahak puas.
Kra meneruskan set mereka dengan sekitar empat lagu, dan Keiyuu sempat menarik Shun lagi dari belakang panggung hanya sekadar untuk numpang berteriak di mikrofon. Keiyuu malah sempat tanpa sengaja menjatuhkan mikrofonnya ke penonton. Dengan tampang kesal pada diri sendiri, ia menerima mikrofon yang dikembalikan ke penonton dan membungkuk dalam sambil mengucapkan terima kasih.
Di lagu penghabisan, Kra mengajak penonton untuk melompat dan headbang habis-habisan berulang-ulang. Acara tahun baruan bersama band-band VK di EDGE pun ditutup dengan meriah! Sayangnya, kali ini permintaan encore tidak dipenuhi. Suara staf terdengar mengucapkan terima kasih dan mempersilakan penonton pulang. Bar pun telah ditutup – ini salah satu pertanda bahwa memang pertunjukan telah berakhir.
RekON pun meninggalkan EDGE dengan perasaan puas, disambut udara dingin di luar dan suasana Ikebukuro yang sepi-sepi saja meskipun malam tahun baru. Tak ada jejak keramaian berarti. Paling-paling kereta yang terus berjalan sampai pagi menjadi sedikit pembeda dari malam-malam lainnya. Namun tadi, di bawah tanah, berlangsung pesta tahun baru yang sungguh membuat RekON tak putus tersenyum. Semoga tahun 2013 pun menjadi tahun yang baik bagi kita semua!
Laporan perjalanan RekONtoJP masih berlanjut…
Written by: TP
Nama: Visca Yuda. K
Twitter: @ninohime410
e-mail: orion231989@gmail.com
pilihan hadiah: [1] CD + DVD SWO (UNiTE)
waw…
aku gak nyangka sih.
aku kita tuh klo nonton konser seperti ini harus nonton full kayak JRE kmaren.. ternyata.. “Penggemar datang dan pergi sesuai band yang mereka sukai.” waw.. berarti tidak perlu memaksaakan diri untuk berdiri untuk band dengan musik keras.. oke.. tapi paling gak pengen liat semua 🙂
rekon-san menikmatinya kan?
aku iri!
ingin menikmati-nya juga suatu hari.
aku suka ini, memberi wawasan tentang apa yg terjadi dsana 🙂
terimakasih.,
Twitter user: CArOLiNe_9209
Ku demen posting ini jua asalan na ada band yg ku demen. Royz.
Selain itu bahasannya cukup lengkap n menarik. Foto cheki nya =]]]]]
Mereka orangnya lucu2. Sebenernya ada band2 vkei undergroud lain yg bagus2 juga. Misalnya Shounenki, Delacroix. N msh byk lagi. Ku demen musik mereka memang karena bagus.
Hadiah nya yg ku mau yaitu SWO. [1]
Nama: Linawaty
Twitter: @lina_uchi
e-mail : linzciouz@yahoo.com
pilihan hadiah : [1] CD + DVD SWO (UNiTE)
Cara membahas artikelnya menarik dan detail. Tiap-tiap kondisi dan suasana live house juga digambarkan secara jelas, layaknya seperti sedang membaca sebuah novel, yang bisa membuat pembacanya (termasuk saya) ikut merasakan bagaimana suasana yg sedang berlangsung di sana seperti: perasaan campur aduk yg admin and fans2 lain rasakan saat berada di sana, melihat band fave masing2 tampil di depan mata kalian, kehebohan interaksi para fans terhadap artisnya, ketika admin mendapat sambutan baik dari Yosuke. Aaaaahhh~ Pokoknya artikel ini sangat bermanfaat banget deh bagi mereka yg sesekali ingin menyicipi bagaimana rasanya menonton konser v’kei langsung di jepang terutama di club2nya. Kelar baca artikel ini, tambah lagi daftar “list versi saya” yg harus di lakukan kalau ke jepang suatu saat nanti: nonton konser v’kei di club2nya lol hahaha!!! Thanks min 😉
Nama: Yudita Herwijayanti
twitter: @xxMACHIBITOxx
e-mail: herwijayanti@gmail.com
pilihan hadian: [1] CD + DVD SWO (UNiTE)
ini artikel favorite ke-2 saya! karena RekON sempat menonton Kra dan menuliskan dengan baik saat penampilan Kra ❤ terlebih lagi, saat penggambaran Keiyu yang kesal dengan Yuuya, benar-benar bagus! ^^)b mengenai BFN juga~! itu keren~ ICE-sama melepas kemejanya… waaaa *-*)/ pasti perut kotak-kotak itu terlihat begitu cemerlang ya x'D di artikel ini saya merasakan bagaimana perjuangan RekON untuk menonton… mulai dari tiket Arena yang habis dan akhirnya pergi berputar ke EDGE (meskipun RekON sempat ragu juga) demi Duel Jewel. Namun akhirnya RekON pun mendapatkan pertunjukan yang sangat bagus bukan? ini merupakan hasil jerih payah RekON untuk sesegera berputar menaiki kereta jalur Yamanote ke Ikebukuro untuk ke EDGE. Terima kasih RekON untuk artikelnya yang sagat bagus dan menarik 🙂 semoga RekON dapat membagikan pengalaman lain yang lebih baik lagi ^^