AFAID 2012

Akhirnya, setelah menanti cukup lama, Indonesia terpilih juga menjadi tuan rumah Anime Festival Asia (AFA).  AFAID diselenggarakan tanggal 1 dan 2 September 2012 di Jakarta International Expo (Arena Pekan Raya Jakarta).

Sikap gamang yang ditunjukkan penyelenggara – yang sepertinya belum yakin benar AFAID akan menarik banyak orang atau tidak – kontan berbalik menjadi sukacita dan optimisme melihat betapa banyaknya peminat yang datang.  Sedari pagi hari pertama, bahkan sebelum loket penukaran voucher dan pembelian tiket dibuka, antrian calon hadirin sudah mengular panjang.  Bahkan ketika saya tiba di JI Expo sekitar pukul setengah sebelas, antrian sudah mencapai beratus-ratus meter, dan berantakan pula.

Sayang memang.  Mungkin, lagi-lagi karena tidak mengira antusiasme yang besar sekali, tim AFAID seolah kekurangan personil.  Hampir tak ada terlihat staf yang mengatur antrian.  Tak heran, antrian yang hendak menukarkan voucher RajaKarcis dan Indomaret serta yang hendak membeli tiket on the spot tercampur-baur.  Ini ditambah parah dengan para pengantri yang memang banyak tak bertanya-tanya dulu sebelum masuk barisan, dan tidak mau berbaris satu-satu atau berdua-dua agar rapi.  Baru setelah dua jam lebih saya mengantri, ada seorang petugas berbekal pengeras suara TOA yang memisah-misahkan pengantri ke barisan yang benar.

Yang saya salut sih, terlepas dari segala kekacauan itu, para pengantri terlihat cukup sabar.  Meskipun banyak yang mengeluh atau mengomel kesal, tidak ada yang marah-marah atau mengacau, malah banyak yang tetap tertawa-tawa dan bercanda sambil menunggu gilirannya tiba.  Berbagai bahasa terdengar – pengunjung AFAID memang bukan hanya dari Jabodetabek, melainkan dari provinsi-provinsi dan negara-negara lain.

Ketika akhirnya saya dan teman berhasil wasuk, wuaaaah!  Hall A dan sekitarnya luar biasa ramainya!  Memang hanya 1 hall (yang terbagi menjadi dua) yang disewa oleh penyelenggara AFAID.  Dan keduanya penuh sesak!  Di mana-mana terlihat orang mengantri, bergerombol, berbenturan.  Bahkan di koridor-koridor luar pun, banyak sekali pengunjung yang berfoto-foto, beristirahat, bercengkrama dengan teman-teman lama maupun baru.

Salah satu tempat yang dengan bersemangat saya kunjungi adalah booth Sony Music Indonesia.  Di sini, dijual CD berbagai artis Jepang keluaran Sony Music, seperti L’Arc-en-Ciel, Ken Hirai, bahkan CD terbaru The GazettE, Division, yang belum dilepas resmi ke toko-toko musik Indonesia.  Yang membuat semakin seru, pembeli CD 7!!, LiSA, dan STEREOPONY berhak mendapatkan kesempatan meminta tandatangan mereka langsung di atas CD pada sesi yang diadakan di booth Sony ataupun di aula pertunjukan setelah konser.  Sebenarnya memang ada sesi tandatangan poster oleh semua artis, tapi hanya untuk pemegang tiket VIP konser I Love ANISONG.  Dua-duanya sih sama asyiknya, karena penggemar bisa berinteraksi langsung dengan artis kesayangan mereka.

I Love ANISONG memang tujuan utama saya mengunjungi AFAID tahun ini.  Bayangkan, dalam dua hari, Jakarta menyaksikan 8 penyanyi/grup/band Jepang pamer kebolehan di atas panggung!  Di hari pertama, tampil Ichirou Mizuki, 7!!, bless4, dan LiSA.  Di hari kedua, ada Sea*A (oke, sebenarnya dari Singapura), STEREOPONY, angela, dan KOTOKO.  Sebelum saya bercerita tentang konser hari pertama yang saya tonton, saya cerita dulu tentang sesi tandatangan dengan 7!! ya.

Pukul 16.30, saya dan teman telah berada di booth Sony Music.  7!! (baca: Seven Oops) juga sudah siap.  Di bawah hujanan lampu kilat kamera penonton, Nanae, Maiko, Michiru, dan Keita menandatangani CD penggemar satu per satu.  Setiap penggemar mereka senyumi dan salami, sambil mengucapkan terima kasih dalam bahasa Jepang dan Indonesia.   Manis sekali!

Spesial di AFAID, karena berlangsung di tempat terbuka, sesi ini pun diramaikan kamera-kamera yang bebas menjeprat-jepret.  Di AFA Singapura, mengambil foto saat sesi meet & greet justru berbuah pengusiran – demikian kisah salah seorang pengunjung kepada saya.

Oya, tidak hanya CD di booth Sony, ada juga merchandise AFA dan artis-artis ANISONG, yang bisa dibeli di AFA Shop.  Sayang beberapa artis seperti 7!! dan bless4 rupanya tidak membawa merchandise untuk dijual.  Saya sendiri paling menyenangi merchandise STEREOPONY, yang bagi saya unik-unik desainnya.  Tapi merchandise artis-artis lain juga bagus-bagus dan dijual dengan harga yang terjangkau.  Wristband STEREOPONY misalnya, hanya 20 ribu, sementara kaus-T-nya 150 ribu.  Merchandise yang paling mahal adalah muffler merah khas Ichirou Mizuki.  Itu pun ‘hanya’ 345 ribu.  Kaus-T LiSA dijual 300 ribu, sementara kaus-T ANISONG hanya 180 ribu rupiah.   Kalau menurut saya sih, untuk ukuran merchandise asli, ya, tergolong lumayan murah.

Usai sesi tandatangan dengan 7!!, kami keluar dari aula eksibisi menuju aula pertunjukan.  Meskipun pintu ke aula pertunjukan baru dibuka pukul 17.45, lama sebelum itu, penonton telah membentuk antrian di depannya.  Dan ketika pintu dikuakkan, penonton dengan penuh semangat menghambur ke dalam!

Tepat pukul 18.30 (saya melihat jam digital yang dijadikan patokan para engineer pertunjukan), lampu-lampu digelapkan – tanda pertunjukan akan segera dimulai!  Penonton berteriak-teriak riuh sambil mengayun-ayunkan glowstick ataupun lightstick.  (Tapi maaf, tidak ada foto yang saya ambil dalam pertunjukan.  Ini memang sudah peraturan.  Saya perhatikan juga hanya ada 4-5 penonton yang bandel melanggar aturan ini.  Itu pun ditegur petugas.)

Penampil pertama adalah penyanyi yang paling senior di antara artis-artis AFA tahun ini, Ichirou Mizuki.  Penggemar super robot dan tokusatsu pasti akrab dengan beliau.  Suaranya yang khas telah mewarnai soundtrack berbagai anime dan tokusatsu selama 4 dasawarsa lebih.  Malam itu, pria berusi 64 tahun yang meminta agar ia dipanggil Aniki ini membawakan berbagai lagu yang menjadi penghias film-film seperti Mazinger Z, Great Mazinger, Babiru Nisei, Jeeg, Combattler V, beberapa seri Kamen Rider, dan lain-lain.  Suara dan karismanya masih sangat luar biasa.  Meskipun saya yakin stamina Aniki sudah tidak seperti dulu, ia tidak memperlihatkan tanda-tanda lelah.

Aniki juga banyak bercanda.  Misalnya, sewaktu habis meminum air, ia bertanya kepada para penonton, apa bahasa Jepang air.  Ketika penonton menjawab ‘mizu’, ia pun menyahut, “Kalau saya, Mizuki!”   (Nama keluarga Aniki memang ditulis dengan, salah satunya, kanji ‘air’.)  Kali lain, ia bertanya apakah penonton tahu maskot AFA?  Ia, yang malam itu mengenakan kostum panggung jaket merah panjang yang memang ciri khasnya, lalu berkacak pinggang.  “Dia itu saya!”  Aniki juga bercerita bahwa ia baru tiga minggu membuka akun twitter (aniki_z).  “Tolong di-follow, ya!”

Aniki sempat menghilang ke balik panggung.  Suara penonton bergemuruh memanggil-manggilnya agar kembali.  “Aniki!  Aniki!  Aniki!”  Aniki yang tampak sangat tersentuh oleh penonton pun keluar lagi dengan mengenakan muffler merahnya, dan medley ‘Hero’ dilantunkan, menutup gilirannya tampil.  Malam itu juga, rupanya Aniki langsung pulang ke Jepang.

Setelahnya, giliran 7!!  Band asal Okinawa ini barangkali adalah yang paling kurang dikenal dari jajaran penampil malam itu.  Namun mereka berhasil mengguncang panggung dengan lagu-lagu rock mereka yang penuh semangat!  Mereka membuat penonton ikut melompat-lompat dan berteriak-teriak asyik.  Wajah mereka semua terlihat sangat bahagia, apalagi Maiko.  Sang pemain drum ini terlihat mengumbar senyum lebarnya yang khas di sepanjang pertunjukan.  Bayangkan bagaimana perasaan Anda bila mendapatkan pengalaman seperti mereka – baru pertama kali manggung di luar negeri, dan bertemu audiens yang sangat antusias dan responsif terhadap musik yang Anda mainkan!  Tak heran, berulang kali ungkapan-ungkapan cinta kepada Jakarta, Indonesia, dan penonton meluncur dari bibir mereka.

Usai 7!! bermain, peralatan mereka pun disingkirkan dari panggung, dan tiba saatnya bless4 unjuk kebolehan.  Kakak-beradik Akishi, Kanasa, Akino, dan Aiki dari pulau Ryukyu ini memang dianugerahi suara yang luar biasa indah.  Tenaga mereka juga tampak tak berkurang meskipun selain menyanyi mereka juga menari.  Selain lagu-lagu Aquarion, bless4 juga membawakan lagu-lagu dari album mereka sendiri, yang memamerkan harmonisasi suara apik.

Berkat kemampuan mereka berbahasa Inggris – buah dibesarkan di Amerika – bless4 amat komunikatif dengan penonton.  Mereka berkisah dan bertanya macam-macam, mulai dari apakah naik bajaj harus menawar, soal sate yang bumbu kacangnya disukai Aiki si adik terkecil, mengajak penonton berteriak mengikuti aba-aba, perasaan harus menyanyi lagu cinta dengan saudara sendiri, dan lain-lain.  Terharu dengan penonton yang ikut bernyanyi, bless4 meminta mereka menyanyi lagi tanpa iringan musik ataupun suara para anggota grup.  Merinding juga mendengarnya.  Bless4 pun mengganti ‘aishiteru’ dalam lagu mereka menjadi ‘aku cinta kalian’.  Dan menurut mereka, “Indonesian people are saikou!”

Tapi kalau dipikir-pikir, bahasa sebenarnya bukan halangan besar bagi tersambungnya obrolan para artis dan penonton.  Bahasa Inggris yang lain memang tidak sebagus bless4, namun mereka semua berusaha keras berbicara dengan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia meski terpatah-patah.  Kalaupun mereka berbicara bahasa Jepang, penonton toh rata-rata mengerti meski sedikit-sedikit.  Dan bahasa yang paling efektif menyatukan semuanya tentu adalah musik!

LiSA yang tampil paling akhir Sabtu itu rupanya adalah yang paling ditunggu-tunggu.  Suara penonton bergemuruh memanggil-manggilnya.  Dan LiSA pun menunjukkan mengapa mereka semua menantinya.  Satu kata yang bisa saya gunakan untuk menceritakan penampilan LiSA dan bandnya secara singkat: eksplosif!

Tampil dengan live band, sejak awal LiSA tampil enerjik ditingkahi “Oi! Oi!” dari penonton.  Tanggapan penonton yang luar biasa, membuat ia dan bandnya semakin menggila.  Entah dari mana asalnya tenaga dan suara sekuat itu dari badannya yang kecil.  Ia berlari ke sana kemari, melompat-lompat, mengajak penonton bertepuk tangan atau memainkan glowstick… Sungguh, kok bisa-bisanya dia tampil tanpa lelah seperti itu.  Sependengaran saya suaranya juga hanya sekali nyaris meleset.  LiSA banyak sekali berbicara dengan bahasa Indonesia, juga bahasa Inggris.  Andalannya adalah “baguuus….” dengan jempol terangkat. (Waduh, iseng nih yang mengajari…)

Berkali-kali penonton kompak berteriak-teriak memanggil LiSA.  Sekali, LiSA sampai memejamkan mata mendengar panggilan mereka di tengah-tengah lagu.  Ia terlihat sangat terharu.  Ia pun akhirnya meminta izin berbicara dalam  bahasa Jepang untuk menyuarakan perasaannya yang tulus.  Menurutnya, sewaktu akan datang ke Indonesia, ia sangat deg-degan.  (Bayangkan, negara yang baru pertama dikunjungi, tanpa bayangan penontonnya seperti apa.)  Ternyata, di Indonesia, penontonnya mau menyanyi bersama-sama, mengayunkan glowstick bersama-sama, menari bersama-sama… Tentu saja LiSA sangat bahagia!  Senyum para penonton Indonesia telah memukaunya!

LiSA hanya menghilang sebentar ke balik panggung, karena belum sempat ia melangkah keluar pun penonton telah berteriak-teriak meminta encore.  Malam itu pun ditutup dengan gilang-gemilang!  Saking bersemangatnya, LiSA pun berucap dalam bahasa Indonesia, “Saya janji akan kembali lagi!”

Penonton pun keluar dari aula pertunjukan dengan wajah sangat puas.  Mereka yang lama mengantri demi memperoleh tiketnya tadi siang, sepertinya sudah lupa pada perjuangan melelahkan itu.  Semuanya terbayar lunas!  Dua kata yang tertera di kertas yang tertempel di balik gitar gitaris LiSA cukuplah untuk menggambarkan malam itu: JAKARTA MANTAP!

Mari kita nantikan AFAID 2013!!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s